This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 26 Juni 2017

Psikologi Pendidikan (Resume VI)

BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Pengertian
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. (Abu Ahmadi, 1991).
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor membantu siswa memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jadi singkatnya, bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan dengan cara bertatap muka oleh seorang konselor kepada individu (siswa) yang sedang mengalami suatu masalah dan membantu siswai memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan potensi yang ada dengan optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup , sehingga dapat dikatakan bimbingan konseling ini sangat berperan penting bagi siswa.

Fungsi Bimbingan dan Konseling
a.     Fungsi Pemahaman, yaitu membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap diri
 (potensinya) dan diharapkan mampu mengembangkan potensi tersebut secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b.      Fungsi Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah dan berupaya untuk mencegahnya. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c.       Fungsi Pengembangan, yaitu konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Konselor dan personel sekolah bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambung untuk  membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya.
d.      Fungsi Penyembuhan (Perbaikan), yaitu pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
e.       Fungsi Penyaluran, yaitu upaya membantu siswa dalm memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f.       Fungsi Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, staf, dan guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah, metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan  kebutuhan siswa.
g.      Fungsi Fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, selaras dan seimbang sesuai aspek dalam diri siswa.
h.      Fungsi Pemeliharaan, yaitu menjaga siswa agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat siswa.

Jenis Bimbingan dan Konseling Serta Tujuannya
1.      Bimbingan akademik
Bertujuan: - Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif
- Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
- Memiliki keterampilan belajar yang efektif
- Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan   belajar/pendidikan
- Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian
- Memiliki keterampilan membaca buku.

2.      Bimbingan pribadi/sosial
Bertujuan: - Mengamalkan nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME
- Memiliki pemahaman dan respon yang positif tentang kehidupa
- Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif
- Memiliki sikap respek terhadap diri sendiri
- Dapat mengelola stress
- Mampu mengendalikan diri  dan memahami perasaan diri
- Memiliki kemampuan memecahkan masalah
- Memiliki rasa percaya diri
- Memiliki mental yang sehat

3.      Bimbingan karier
Bertujuan: - Memiliki pemahaman tentang sekolah lanjutan
- Memiliki pemahaman bahwa studi adalah investasi masa depan
- Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja
- Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir
- Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan
- Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan
- Memiliki kemauan meningkatkan kemampuan tentang pekerjaan
- Memiliki pemahaman minat dan kemampuan diri tentang pekerjaan

Asas Bimbingan dan Konseling
1.      Asas Kerahasiaan
Asas yang menuntut konselor merahasiakan data atau informasi yang diceritakan konseli (siswa) agar tidak diketahui orang lain kecuali berdasarkan persetujuan siswa yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.      Asas Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kerelaan antara konselor dengan konseli dalam mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan.

3.      Asas Keterbukaan
Asas yang menghendaki agar konselor dan konseli bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan maupun dalam menerima berbagai informasi dari luar yang berguna bagi pengembangandirinya.

4.      Asas Kegiatan
Asas yang menghendaki agar konselor dan konseli berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan dan konseling.

5.      Asas Kemandirian
Asas yang mengharapkan konseli menjadi mandiri secara pribadi, sosial, belajar, dan karier, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.

6.      Asas Kekinian
Asas yang menjadikan kondisi masa lampau dan masa depan konseli menjadi dampak terhadap hal yang akan diperbuat konseli pada saat sekarang.

7.      Asas Kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dari tahap perkembangan konseli (siswa) dari waktu ke waktu.

8.      Asas Keterpaduan
Asas yang dapat saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Dalam hal ini, kerja sama atau kolaborasi dengan berbagai pihak yang terkait yang perlu dilaksanakan.

9.      Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma yang berlaku.

10.  Asas Keahlian
Asas yang menghendaki konselor hendaknya berdasarkan kaidah profesional dalam penyelenggaraaan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik.

11.  Asas Alih Tangan Kasus
Asas yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas kiranya mengalihtangankan kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah. Namun konselor juga dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain.

12.  Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang diadopsi dari nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk berkembang maju sesuai dengan potensi yang dimiliki konseli.

Selasa, 20 Juni 2017

Psikologi Pendidikan (Resume V)



PENDIDIKAN ANAK PRASEKOLAH
Pengertian
Pendidikan anak prasekolah merupakan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak dalam keluarga dan diluar keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar yang dijalankan dijalur pendidikan sekolah.Menurut Biechler dan Snowman (1993), anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun.
Masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan. Hurlock (1978) menyebutkan ada 10 aspek perkembangan yang dapat mendorong pertumbuhannya melalui pendidikan prasekolah. Kesepuluh aspek tersebut ialah kesehatan fisik, keterampilan, kemampuan berbicara (berkomunikasi), perkembangan emosi, perilaku sosial, sikap sosial, kreativitas, disiplin, konsep diri dan penyesuaian sekolah dan menurut Papalia Olds (1986) bahwa pendidikan prasekolah membantu perkembangan anak dalam berbagai aspek yaitu fisik, intelektual, sosial, dan emosional.
Masa ini juga merupakan masa belajar, tetapi bukan dalam dunia dua dimensi (pensil dan kertas) melainkan belajar pada dunia nyata, yaitu dunia tiga dimensi. Dengan perkataan lain, masa prasekolah merupakan time for play sesuai pendapat Frank dan Theresa Caplan yang menyebutkan bahwa waktu bermain merupakan sarana pertumbuhanyang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupannya untuk tumbuh dalam lingkungan budaya dan siap dalam belajar formal. Perasaan otonomi anak juga berkembang dengan adanya kesempatan bereksplorasi diluar rumah.
Menurut Keneth Rubin dkk (1976), ada 4 jenis kegiatan bermain bebas anak masa prasekolah yang dihubungkan dengan kelas sosial dan kognitif anak, yaitu:
 1. Bermain fungsional yaitu melakukan pengulangan gerakan otot dengan atau
     tanpa objek.
 2. Bermain konstruktif yaitu melakukan manipulasi terhadap benda-benda dalam
           kegiatan untuk mengkreasikan/mencipatakan sesuatu.
3. Bermain dramatik yaitu dengan menggunakan situasi yang imajiner.
 4. Bermain menggunakan aturan.
Dengan bermain, anak bebas beraksi dan mengkhayalkan sebuah dunia lain, sehingga dengan bermain ada elemen petualangan. Anak juga dapat bebas mengekspersikan dan mengeksplor dirinya dengan lingkungan sekitar. Adanya kesempatan bermain dengan anak-anak lain juga dapat menjadikan mereka memiliki banyak kesempatan untuk bekerjasama dan memahami perspektif serta perasaan orang lain.

Tujuan
Ada beberapa tujuan dilaksanakannya pendidikan anak prasekolah ini, yakni:
1.      Melatih gerakan dan keterampilan tubuh
2.      Memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh
3.      Berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan memberi alasan dibalik terjadinya suatu hal (peristiwa)
4.      Mengembangkan konsep diri
5.      Mengasah kelima pancaindera
6.      Mengembangkan rasa ingin tahu
Hurlock (1978) menyebutkan ada 10 aspek perkembangan yang dapat mendorong pertumbuhannya melalui pendidikan prasekolah. Kesepuluh aspek tersebut ialah kesehatan fisik, keterampilan, kemampuan berbicara (berkomunikasi), perkembangan emosi, perilaku sosial, sikap sosial, kreativitas, disiplin, konsep diri dan penyesuaian sekolah. Papalia Olds (1986) menyatakan bahwa pendidikan prasekolah membantu perkembangan anak dalam berbagai aspek yaitu fisik, intelektual, sosial, dan emosional. Adanya kesempatan bermain dengan anak-anak lain menjadikan mereka memiliki banyak kesempatan untuk bekerjasama dan memahami perspektif serta perasaan orang lain.
Ada pun tiga jalur pendidikan prasekolah yakni:
1.      Informal, contohnya pendidikan dalam keluarga
2.      Non formal, contohnya program Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Kelompok Bermain (KB)
3.      Formal, contohnya Taman Kanak-Kanak (TK) dan Pendidikan Anak pada Usia Dini (PAUD)

Ciri-Ciri Anak Prasekolah
1.      Ciri Fisik
Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki peguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat meyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada anak pun lebih berkembang daripada control jari dan tangan, itu sebabnya anak pada masa ini biasanya belum terampil dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak juga masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang ukurannya kecil, sehingga koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak pada masa ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak.

2.      Ciri Sosial
a.       Tingkah laku unoccupied yaitu anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b.      Bermain soliter yaitu anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling bicara.
c.       Tingkah laku onlooker yaitu anak menghabiskan waktu dengan mengamati. Kadang memberi komentar apa yang dimainkankan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d.      Bermain paralel yaitu anak bermain dengan salin berdekatan, tetapi tidak sepenhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling bergantung.
e.       Bermain asosiatif yaiatu anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f.       Bermain kooperatif yaitu anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi dan pemimpinnya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, misalnya perang-perangan, sekolah-sekolahan, dokter dan pasien dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan kognitif anak yang dikemukakan Piaget mengemukakan perkembangan permainan anak usia dini sebagai masa symbolic make play (berlangsung dari 2-7 tahun).

3.      Ciri Kognitif
Piaget berpendapat bahwa, anak pada rentang usia ini, masuk dalam perkembangan berpikir praoperasional konkret. Pada saat ini sifat egosentris pada anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lainyang berbeda di sekitarnya. Orang tua sering menganggap periode ini sebagai masa sulit karena anak menjadi susah diatur, bisa disebut nakal atau bandel, suka membantah dan banyak bertanya. Anak mengembangkan keterampilan berbahasa dan menggambar, namun egois dan tak dapat mengerti penalaran abstrak atau logika. Menurut Dewey (1960), pendidik atau orang tua harus memberikan kesempatan pada setiap anak untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara individual maupun kelompok sehingga anak akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Adapun Gessel dan Amatruda, mengemukakan bahwa anak usia 3-4 tahun telah mulai mampu berbicara secara jelas dan berarti. Kalimat-kalimat yang diucapkan anak semakin baik, sehingga masa ini dinamakan masa perkembangan fungsi bicara. Selanjutnya, pada usia 4-5 tahun anak mulai belajar matematika.

4.    Ciri Emosional
Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia ini. Iri hati pada anak usia dini ini sering terjadi. Mereka sering memperebutkan perhatian guru. Emosi yang tinggi pada umumnya disebabkan oleh masalah psikologis dibanding masalah fisiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak lagi. Hurlock mengemukakan ada 6 pola emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak yaitu: amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, kasih sayang.


Senin, 19 Juni 2017

Psikologi Pendidikan (Resume IV)


PAEDAGOGI DAN ANDRAGOGI
 Paedadogi
       Paedagogi berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogia atau paedagagos yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Paedagagos terdiri dari dua kata “paid” yang artinya “anak” dan “agogos” yang artinya “memimpin atau membimbing”. Dalam perkembangan selanjutnya istilah paedagogi pun berubah menjadi ilmu dan seni mengajar dan belajar. Paedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran di bidang pendidikan formal seperti di sekolah.
Tujuan paedagogik adalah:
  • Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
  • Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut memuliakan kehidupan.
  • Membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktek-praktek yang mendominasi.
  • Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat
      Dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan kepaedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan mengemas program yang menggamit beberapa dimensi:
a.   Penguasaan substansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmu pengetahuan, budaya,
keterampilan, nilai dan sikap dalam integrasi sekolah dan pendidikan.
b.   Penguasaan dimensi paedagogis, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik dan
etika profesi.
c.   Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku
     dan pekerjaan kependidikan.
d.  Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar-mengajar berdasarkan
     perspektif lintas-kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi.

Andragogi
      Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu Andragagos dan terdiri dari dua kata yakni “Andra” yang berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin. Andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar secara informal".
Andragogi dapat disimpulkan sebagai :
1.  Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2.  Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui  
     kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3.  Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat
     menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.
Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa:
1.  Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-
     kegiatan
2.  Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan
     ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
3.  Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang
    belajar lebih baik
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk
    memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam  waktu yang cukup
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga
    belajar
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa
    membantu pencapaian tujuan dalam belajar.

 Perbedaan antara Paedagogi dan Andragogi
 Sebenarnya cara mengajar dan belajar antara paedagogi dengan andragogi memiliki perbedaan yang sangat jelas. Berdasarkan teori singkat andragogi adalah toeri belajar yang dikembangkan untuk kebutuhan orang dewasa. Sedangakan paedagogi adalah toeri belajar untuk anak-anak.
No
Andragogi
Paedagogi
1
Pembelajar disebut “peserta didik”/     “warga didik”
Pembelajar disebut “siswa”/ “anak didik”
2
Gaya belajar independen
Gaya belajar dependen
3
Tujuan fleksibel
Tujuan ditentukan sebelumnya
4
Menggunakan metode pelatihan aktif
Metode pelatihan pasif, seperti metode ceramah.
5
Pembelajaran mempengaruhi waktu dan kecepatan
Guru mengontrol waktu dan kecepatan
6
Belajar berpusat pada masalah kehidupan nyata
Belajar berpusat padaisu atau pengetahuan teoritis